-->
Oleh: Asngari, S.th.I
Dalam menuai biji tasawuf tak jarang
para penempuh malah terserimpung di jalan-jalan yang serba gamang. Sehingga
mereka lebih sering berhenti pada pemainan-permainan klenik. Kalimat-kalimat
filosofis, serta sepang terjang yang asketis. Bahkan
pemberhentian-pemberhentian semacam itu pun, tak pernah disadari sebagai sebuah
pemberhentian, namun justru di jastifikasi bahwa jalan semacam itu memang wajib
dilaluinya guna mencapai makam yang tertinggi.
Padahal untuk menuai biji tasawuf
yang sesungguhya maka dia harus memadukanya dengan nilai ajaran berimbang: al islam,
al iman, al ihsan. Dengan demikian ketika jalan tasawuf bepadu dengan al iman
maka setinggi apapun pencapaian spiritualitas seseorang tak akan pernah
melenceng dari sumber aqidah mata air ajaran. Dan ketika jalan tasawuf berpadu
dengan al islam maka apapun sepak terjang yang dilakukan sseseorang tak akan
keluar dari ketetapan syariat agama. Apaplagi jika jalan tasawuf berpadu dengan al ihsan
maka dari keseluruhan cinta yang dilakukanya akan senantiasa bertumpu dengan
kelembutan yang bertabur keindahan.
Keberimbangan anyaman dari jalan
tasawuf dengan ketiga hal tersebut para penempuh jalan spiritual dapat menuai
biji tasawuf secara benar. Biji itu bisa berupa taufiq petujuknya . bisa berupa
petunjuk keadilan, kekuatan istiqomah, kesabaran yang terhampar sikap ketakwaan
dan rasa iklas giroh perjuangan, kreatifitas beserta gugusan ide. Dan dari
keseluruhan biji tersebut semuanya akan bermuara pada rel ketakwaan. Maqam
taqwa inilah yang merupakan ujung pencapaian dari jalan tasawuf.
Dengan biji-biji tasawuf itulah
perjalanan seseorang dalam menapaki bumi kehidupan dan langit perjalanan tak
akan lagi menjadi timpang. Sebab dari ucapan, tindakan individual dan
sepak terjang sosialnya, senantiasa melintasi self control kedirianya secara
otomatis. Sehingga ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulutnya adalah merupakan
kalimat-kalimat yang terpilih. Begitu juga dengan tindakan-tindakan yang di
lakukanya, juga secara otomatis pula menjadi tindakan –tindakan yang terpuji.
Dan sepak terjang yang di cuatkanya pada peta social kemasyarakatan tentu pula
merupakan ungkapan dari sikap dan sikapnya yang mengagumkan.
Dengan demikian maka yang keluar dari dirinya
lebih terjamin dari sikap dan tindakan yang lebih merancukan dan mericuhkan
social. Sebab dengan menuai biji-biji tasawuf yang semacam itu jiwadan pikiran
seseorang senantiasa dilanda ketenangan yang teramat teduh. Kedewasaan pikiran
jiwa dan hati semacam itulah yang membuatnya selalu memiliki perilaku yang
agung. Dan keagungan itulah yang menyebabkanya untuk senantiasa berdaya cipta
tentang sesuatu yang agung pula, sehingga jauh dari kesiaan yang tiada guna.
Dengan
kata lain, apabila para pejalan dapat memetik mata ajaran tasawuf maka
biji-biji inilah yang ssenatiasa mengontrol kedirianya sehingga dapat
mengontrol kondisi psikisnya yang acap
kali terkapar di arus kehidupan. Itulah yang menyebabkan kedirian para penempuh
tasawuf lebih tampak tegar dan selalu tenang dalam setiap tindakanya.
Ketenangan dan ketegaran itu pula yang ketika menyembul lewat raut muka
sehingga terjadi menjadi lebih menarik bagai ketenangan sebuah danau yang
teramat teduh. Maka wajar sekali jika setiap orang yang bertatapan denganya
ingin jauh lebih dekat meskipun dengan rasa yang serba sungkan.
Apabila
selama ini tak sedikit penempuh jalan tasawuf yang psikisnya malah terpuruk hal
itu di karenakan tidak ada biji-biji tasawuf yang dapat dipetiknya. Semakin
lama dirinya menapaki dunia tasawuf maka kian runyam pula bentuk raut mukanya
sehingga bagi orang- orang di dekatnya mereka ingin lari seribu bahasa. Hanya mereka secara terpaksa saja
yang masih mau berdampingan denganya. Untuk itulah dalam setiap tapakan jalan
tasawuf hendaknya senantiasa pula dapat memetik biji-biji tersebut untuk di
konsumsi- agar menyehatkan kedirianya. Dan agar biji-bijian tasawuf itu pun
dapat di petik dengan segera maka dalam setiap perjalananya selalu mengikat
mata ajaran tasawuf dengan tali al islam, al iman, al ihsan. Sebab hanya dengan
cara inilah berbagai jalan menikung dalam perjalanan tasawuf yang menikung akan
mudah dideteksi. Dengan demikian maka jalanan tasawuf akan senantiasa menjadi
lempang, sehingga mempermudah dalam setiap jengkal perjalanannya.