-->
Di ambil
dari wawancara dengan Dra syariah zaidun
aktifis Wanita Islam Jawa Timur
karier kaum perempuan diluar rumah , ternyata tak selama mendapatkan
dukungan kaum perempuan. Paling tidak hal itu terlontar dari Dra. Syariah
Zaidun seorang aktifis wanita Islam Jawa Timur. Dengan argumen pertemuan
kualitatif mereka merasa telah dapat mengurus keluarganya. Padahal etika suami
dan moralitas anak-anaknya banyak yang berantakan.
Pengertian surga di bawah telapak kaki ibu selama ini selalu diartikan
sebagai penyiapan moralitas saja. Bagaimana pendapat ibu?
Menurut saya,
itu Cuma sebagian saja. Sebab dalam mempersiapkan anak menuju masa depanya
nanti, tak hanya merupakan persoalan moralitas saja. Fasilitas-fasilitas
social, ekonomi dan lainnya ,juga penting sekali kita persiapkan buat
mereka.meskipun bekal moralitas itulah memang yang terpenting. Lebih-lebih melihat pengaruh dari
globalisasi dan arus informasi yang semakin mengkhawatirkan. Sebab dari etika
dan moralitas inilah anak akan bercermin pada ibunya.
Berarti moral seorang ibu yang harus jadi terlebih
dahulu?
Tentu saja, jika ibu tidak bisa
membentuk moralitasnya, maka jangan salahkan anak kalau mereka enggan pulang.
Sebab ibu harus dapat menjadi tempat berpulang bagi anak-anaknya. Seorang
ibu harus pula dapat menciptakan syurga dunia buat mereka. Dengan demikian ibu
haruslah senantiasa dapat mendampingi anak-anaknya turut memecahkan persoalan
–persoalan yan di hadapi mereka. Kalau tanggung jawab ini tak bisa dilakukan
dengan baik tentu akibatnya akan menjadi sangat serius.
Tapi pada zaman kekinian tak ssedikit ibu
yan justru merusak moral anak…….
Itulah yang menggelisahkan diri
saya. Betapa seoran ibu justru jual anak-anaknya untuk jadi PSK. Padahal ibulah
yang seharusnya menjadi filter moralitas mereka. Pada saat ini menjadi ibu
memang harus berani taruhan dengan kondisi zaman.mereka harus lebih kreatif
untuk mengatasi kondisi dan situasi yang ada demi anak-anak mereka dan
keselamatan bangsanya.
Lalu yang menjadi penyebab inti kegagalan ibu
tersebut?
Kaum ibu sekarang ini semakin
materialistis. Persoalan itulah yang membuat keseluruhan hidupnya ditujukan
pada hal-hal yang sifatnya materi belaka. Mereka rela untuk sangat sibuk diluar
rumah demi mengejar hal itu. Bahkan permasalahan anak pun mereka targetkan pada
tujuan tersebut hingga melupakan masalah-masalah etika dan moralitas anak.
Dan sebagai solusinya
kaum ibu harus kembali ke rumah?
Saya juga aktif di luar rumah karena
saya juga seorang pekerja sosial. Banyak sekali masyarakat yan membutuhkan
uluran tangan. Namun semua itu harus dilakukan adalah demi mengaplikasikan
konsepsi rumah tangga kepada masyarakat, agar sesuai dengan tuntunan alquran
dan alhadits. Pembangunan keluarga sakinah semacam inilah yang dapat
menciptakan syurga dibawah telapak kaki ibu. Tetapi kalau urusan rumah tangganya
saja sudah berantakan bagaimana mungkin bisa menciptakan syurga bagi anak-anak
mereka?
Berarti di bawah telapak kaki ibupun juga tersedia neraka bagi
anak-anaknya?
Saya rasa demikian. Kalau dalam rumah tangga sudah tak ada kasih sayang,
tak tercipta keharmonisan rumah tangga, tak terdapat musyawarah dalam rumah
tangga tak ada rembug bersama ya tentu saja itu sama saja dengan menyediakan
neraka buat anak-anaknya.