Jumat, 21 September 2012

Di bawah telapak kaki Ibu pun tersedia Neraka

-->

-->Sumber: MPA 207 Desember 2003 Mimbar Depag jawa timur 
Di ambil dari wawancara dengan Dra syariah zaidun aktifis Wanita Islam Jawa Timur


karier kaum perempuan diluar rumah , ternyata tak selama mendapatkan dukungan kaum perempuan. Paling tidak hal itu terlontar dari Dra. Syariah Zaidun seorang aktifis wanita Islam Jawa Timur. Dengan argumen pertemuan kualitatif mereka merasa telah dapat mengurus keluarganya. Padahal etika suami dan moralitas anak-anaknya banyak yang berantakan.

Pengertian surga di bawah telapak kaki ibu selama ini selalu diartikan sebagai penyiapan moralitas saja. Bagaimana pendapat ibu?
Menurut saya, itu Cuma sebagian saja. Sebab dalam mempersiapkan anak menuju masa depanya nanti, tak hanya merupakan persoalan moralitas saja. Fasilitas-fasilitas social, ekonomi dan lainnya ,juga penting sekali kita persiapkan buat mereka.meskipun bekal moralitas itulah memang yang terpenting. Lebih-lebih melihat pengaruh dari globalisasi dan arus informasi yang semakin mengkhawatirkan. Sebab dari etika dan moralitas inilah anak akan bercermin pada ibunya.

Berarti moral seorang ibu yang harus jadi terlebih dahulu?
Tentu saja, jika ibu tidak bisa membentuk moralitasnya, maka jangan salahkan anak kalau mereka enggan pulang. Sebab ibu harus dapat menjadi tempat berpulang bagi anak-anaknya. Seorang ibu harus pula dapat menciptakan syurga dunia buat mereka. Dengan demikian ibu haruslah senantiasa dapat mendampingi anak-anaknya turut memecahkan persoalan –persoalan yan di hadapi mereka. Kalau tanggung jawab ini tak bisa dilakukan dengan baik tentu akibatnya akan menjadi sangat serius.

Tapi pada zaman kekinian tak ssedikit ibu yan justru merusak moral anak…….
Itulah yang menggelisahkan diri saya. Betapa seoran ibu justru jual anak-anaknya untuk jadi PSK. Padahal ibulah yang seharusnya menjadi filter moralitas mereka. Pada saat ini menjadi ibu memang harus berani taruhan dengan kondisi zaman.mereka harus lebih kreatif untuk mengatasi kondisi dan situasi yang ada demi anak-anak mereka dan keselamatan bangsanya.

Lalu yang menjadi penyebab inti kegagalan ibu tersebut?
Kaum ibu sekarang ini semakin materialistis. Persoalan itulah yang membuat keseluruhan hidupnya ditujukan pada hal-hal yang sifatnya materi belaka. Mereka rela untuk sangat sibuk diluar rumah demi mengejar hal itu. Bahkan permasalahan anak pun mereka targetkan pada tujuan tersebut hingga melupakan masalah-masalah  etika dan moralitas anak.
            Dan sebagai solusinya kaum ibu harus kembali ke rumah?
Saya juga aktif di luar rumah karena saya juga seorang pekerja sosial. Banyak sekali masyarakat yan membutuhkan uluran tangan. Namun semua itu harus dilakukan adalah demi mengaplikasikan konsepsi rumah tangga kepada masyarakat, agar sesuai dengan tuntunan alquran dan alhadits. Pembangunan keluarga sakinah semacam inilah yang dapat menciptakan syurga dibawah telapak kaki ibu. Tetapi kalau urusan rumah tangganya saja sudah berantakan bagaimana mungkin bisa menciptakan syurga bagi anak-anak mereka?

Berarti di bawah telapak kaki ibupun juga tersedia neraka bagi anak-anaknya?
Saya rasa demikian. Kalau dalam rumah tangga sudah tak ada kasih sayang, tak tercipta keharmonisan rumah tangga, tak terdapat musyawarah dalam rumah tangga tak ada rembug bersama ya tentu saja itu sama saja dengan menyediakan neraka buat anak-anaknya.